When The Job is Done, Walk Away!


Ini salah satu kalimat paling saya sukai dari serial NCIS (Naval Criminal Investigative Service) yang ditayangkan Fox Channel. Kalimat ini tak lain tak bukan adalah aturan ke-11 dari buanyak item yang dibuat Komandan Lapangan NCIS, Leroy Jethro Gibbs. Ia yang berwatak keras tapi penuh kasih sayang, memberikan hak pada anak buahnya untuk segera menikmati waktu pribadi, setelah misi selesai. Karena ia tahu, esok pasti ada tugas lain lagi, yang artinya: si anak buah masih dibutuhkan dalam kondisi bugar luar dalam.

Bila dikaitkan dengan isu hot di kantor saya, saya kira satu kalimat ini ampuh untuk mencegah kita dari berbagai penyakit, terutama tipes dan hepatitis. Maka dari itu, Syeikh --rekan kerja saya-- selaku alumnus hepatitis, langsung ‘chao’ begitu ‘bel imajiner’ pulang kantor berbunyi. Barangkali dia tidak menerima pesan Gibbs ini, tapi ide itu sudah terpatri di sanubari.

Si Syeikh yang konon masih keturunan Benyamin Sueb –karena tinggal di Kemayoran, deket Jalan Benyamin Sueb—ini dengan cerdas mengamalkannya dalam menjalankan tugas sehari-hari. Hingga saya pernah kecele, sudah mbuatin teh hangat habis Solat Magrib, untuk “menyogoknya” supaya mau kerja lebih lama, eee.. ternyata beliaunya sudah pulpul.

Sebenarnya terlalu “pintar” sih, untuk menyamakan antara “job” dengan “jam kerja”. Pintar memelintir maksudnya. Wkwkwk…. Tapi sudahlah, bagaimanapun itu memang terjemahan paling diinginkan dari sekian makna yang mesti ditangkap. Eh tapi kalau masih belum bisa menerima pendapat saya ini, saya punya teori satu lagi (baca: ngeles).

Saya termasuk golongan yang percaya, bahwa pekerjaan itu tidak akan pernah selesai sampai kapanpun. Jadi bukan pekerjaannya, tapi masa kerja kitalah yang bisa kita pakai sebagai batasan dalam beraktivitas. Begitulah, nasehat Gibbs ini dapat kita jadikan panutan sebagai semangat “patuh terhadap jam kerja”.

Apalagi dari segi tuntutan kerja, sangat "apple to apple" membandingkan pekerjaan di kantor saya dengan di NCIS.  Saya bisa pastikan, beban kerja karyawan-karyawan di kantor saya sama berat dengan para detektif di NCIS *sampeyan harus percaya! * Karena itu, amatlah pantas dicontoh bagaimana strategi kerja Si Syeikh tadi. Berpacu dengan segala tuntutan dan tekanan di saat jam kerja, memanfaatkan masa 8/17 dengan seefektif mungkin. Dengan begitu, hidup akan terasa damai setelah jam-jam ‘gila’ itu berakhir.

Gibbs yang punya seabrek tugas, tanggung jawab, ples karakter gila kerja saja, bisa membagi waktu. Hingga dia bisa membuat kapal kayu di rumah dan membaca --entah buku apa-- yang menjadi kesukaannya. 

Hidup tetap bisa berjalan di luar waktu kerja. Masih bisa ngajarin anak-anak belajar, nonton tivi kesukaan, main di rumah tetangga, ngerawat taneman dan masih banyak lagi. Bukan kemudian, untuk solat isya’ saja, mesti bangun malam-malam, bahkan hampir pagi, karena langsung ambruk tak berdaya sepulang dari kantor.

Bagaimanapun saudara-saudara, ketahuilah: bahwa kasur di rumah itu lebih nikmat digunakan mulai jam-jam 8 atau 9 malam ketimbang jam 12 malam ke atas. Keuntungan lainnya, kita bisa rutin absen di sepertiga malam bila disiplin mengamalkannya. Akan kita dapati suasana sepertiga malam yang 'syahdu', mengutip tagline rekan kerja saya yang lain.

Demikianlah modifikasi nasehat utama dari para pendahulu kerja kita.

So guys,  when the bell is “teng”, go!!!

Salam Super,
‘roem.

*nasehat-penghiburan-diri*

2 comments:

  1. When The Bell is Teng!!!!
    go!!!

    no my bell is broken, so i have watch and alarm.... to remain me about time...

    ReplyDelete
  2. "untuk solat isya’ saja, mesti bangun malam-malam, bahkan hampir pagi, karena langsung ambruk tak berdaya sepulang dari kantor."

    ..i dont like her ('roem)..she can read my habit lately.. #whispering

    ReplyDelete