“..dia itu kalo
ngomong bahasa inggris sepotong, oke banget..misalnya, ngomong “kas-te-mais.
tapi kalo ngomong bahasa inggrisnya diterusin jadi satu kalimat, aja….bubar,
deh!”
Suatu hari rekan satu ruangan saya bercerita tentang mantan
atasannya di mantan kantornya. Yang menarik dari kisahnya itu bagi saya adalah
celetukannya tentang kemampuan berbahasa asing si boss tadi. Yang saya kutip di
atas tadi ituloh. Bagi yang lupa silaken skrol lagi ke atas, baca dari ulang
ya.
Sebenarnya buat saya celetukan teman itu bukan sekadar
menarik, kalau boleh jujur, celetukan itu menohok. Hok, begitu bunyinya. Saya
jadi merasa ‘diingatkan’ kembali bahwasanya kemampuan berbahasa asing saya
tidak mengalami peningkatan, katakanlah, sejak SMP. Menyedihkan, bukan?
Yang menjadikan tohokan itu meruncing sehingga makin
menyakitkan adalah isi pesan direktur kami pagi tadi. Bahwa kita harus
berkompetisi, bahkan dengan diri sendiri.
Kadang kesedihan saya atas tohokan-tohokan ‘sarat hikmah’
itu tidak berlangsung lama. Kegalauan positif saya kerapkali menguap begitu
saja ketika saya teralih oleh pikir atau laju aktivitas lain. Konon ini
dipengaruhi juga oleh karakter dasar saya yang salah satu ciri khasnya adalah
penuh ide, bersemangat, mampu memompa suasana jadi penuh gairah namun disisi
lain punya sifat yang efektif menghancurkan kebaikan-kebaikan tadi : pelupa dan
unorganized alias berrrruantakan…hiks
Semoga dengan saya memposting tulisan ini, semakin tercatat,
terukir, bahwasanya saya berjanji akan terus berupaya memperbaiki kemampuan
bahasa asing saya, pertama inglis dan yang kedua prancis. Bismillah…
G
-jumat, 3 februari 2012, saat galau
antara mau senam atau mau membina (-sakan) para combro terlebih dulu-
No comments:
Post a Comment